Populasinya Terus Naik, Ini yang Mendorong Orang Beli Mobil Listrik

Jakarta – Perkembangan kendaraan listrik di Indonesia memang terus berkembang pesat. Meskipun, penjualan yang belum stabil masih mengintai pasar otomotif Tanah Air, terutama di segmen mobil listrik murni.

Menurut Susan Adi Putra, Associate Head of Research for Automotive Populix, sejak mulai diperkenalkan di Indonesia pada 2010-an, saat ini pasar kendaraan listrik di Indonesia sedang berkembang dengan sangat pesat.

Bahkan menurut penelitian, pasar Indonesia sudah termasuk ke kategori “Emerging EV Markets”, melampaui negara berkembang lain yang masih dalam tahap awal.

“Namun, perkembangan ini bukan tanpa hambatan, ada beberapa tantangan yang masih harus dibereskan bersama khususnya dari sisi pengguna,” jelas Susan, dalam diskusi bersama Forum Wartawan Indonesia (Forwot), berdasarkan siaran pers, Rabu (2/7/2025).

Selain itu, berdasarkan studi baru yang dilakukan perusahaan riset dan penyedia platform survei daring, Populix, mayoritas orang Indonesia membeli kendaraan listrik (EV) bukan utamanya karena teknologi maupun efisiensi, desain, dan lain sebagainya, melainkan karena mereka peduli lingkungan.

Terbukti, pada studi berjudul “Electric Vehicles in Indonesia: Consumer Insights and Market Dynamics” yang dirilis Juli 2025 tersebut, sebanyak 67 persen responden mengungkap alasan utama mengadopsi kendaraan listrik adalah karena bebas polusi udara, 60 persen karena bebas polusi suara (suara mesin yang senyap), sementara 54 persen memilih EV karena dampaknya pada lingkungan yang positif.

“Alasan orang mau membeli kendaraan listrik, hal yang paling mendasar adalah terkait dengan aspek lingkungan, karena orang-orang Indonesia sekarang mulai melek terkait lingkungan kalau kita lihat,” tegasnya, disitat dari Antara.

Meski tiga motivasi teratas orang Indonesia untuk mengadopsi kendaraan listrik adalah soal lingkungan, beberapa alasan lainnya juga berpengaruh, seperti kemudahan perawatan dibandingkan ICE (45 persen), disusul biaya perawatan dan pemeliharaan yang lebih rendah (45 persen), biaya operasional yang rendah (41 persen), dan pajak tahunan yang lebih rendah (34 persen).

Regulasi dari Pemerintah

Regulasi pemerintah soal EV juga menjadi pertimbangan bagi konsumen di Indonesia, seperti subsidi pemerintah yang tersedia (34 persen), dan peraturan pemerintah yang mendukung kepemilikan EV (32 persen).

“Insentif dari pemerintah ini juga mendukung mereka untuk beli akhirnya, ini sangat memengaruhi mereka, ini memegang peranan penting juga selain dari aspek lingkungan,” kata Adi.

Beberapa faktor teknis lainnya baru menjadi pertimbangan kesekian, seperti pengisian daya baterai yang cepat (28 persen), model berbeda yang unik dan disukai (28 persen), serta fitur keselamatan yang disempurnakan (28 persen).

Uniknya, faktor jangkauan berkendara yang lebih jauh per satu kali pengisian daya baterai yang seharusnya menjadi pertimbangan penting, justru menjadi kedua terakhir, yakni sebanyak 19 persen, di susul posisi terakhir terbebas dari peraturan lalu lintas ganjil-genap, sebanyak delapan persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *